Perlakuan akuntansi untuk persediaan menjadi
penting bagi banyak perusahaan, khususnya perusahaan dagang dan manufaktur,
karena mempunyai pengaruh signifikan bagi laporan posisi keuangan dan laporan
laba rugi komprehensif. Bagi perusahaan dagang persediaan mempunyai jumlah yang
paling signifikan dalam aset lancar di laporan posisi keuangan. Dalam laporan
laba rugi komprehensif, cara perusahaan menilai persediaannya akan
memperngaruhi harga pokok penjualan, yang kemudian akan mempengaruhi besarnya
hasil operasi dalam suatu periode.
Persediaan yang dimiliki perusahaan dagang
adalah persediaan barang dagang. Sedangkan perusahaan manufaktur memiliki tiga
jenis persediaan, yaitu: bahan baku ( raw
material ), barang setengah jadi (
work in process ) dan barang jadi (
finished goods ).
Masalah pengendalian persediaan yang sering
dihadapi perusahaan antara lain, yaitu persediaan yang bernilai tinggi, jumlah
persediaan yang meminimumkan biaya penyimpanan, kemungkinan kehilangan, serta
jumlah persediaan yang harus tersedia untuk memenuhi permintaan.
Rumitnya perlakuan akuntansi untuk persediaan
tergantung kepada beberapa faktor berikut:
- Tingginya volume atau perputaran pos persediaan
- Beberapa alternative asumsi arus biaya
- Pengelompokan/klasifikasi persediaan
Dasar pengaturan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 14
(revisi 2008) tentang persediaan bertujuan untuk merumuskan perlakuan akuntansi
untuk persediaan menurut sistem biaya historis. Pernyataan tersebut menyediakan
pedoman praktis dalam penaentuan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban,
termasuk setiap penurunannya menjadi nilai realisasi neto. Pernyataan tersebut
juga menyediakan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk membebankan biaya
pada perusahaan.
Akuntansi persediaan yang diatur dalam PSAK
meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang
dagang dibeli oleh pengecer atau pengadaan tanah dan properti lainnya, untuk
dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi,
atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, termasuk
bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
Klasifikasi perusahaan
Dalam perusahaan dagang, terdapat satu jenis
persediaan berupa barang yang disimpan untuk dijual, biasanya dikenal dengan
istilah persediaan barang dagang.
Dalam perusahaan manufaktur terdapat 3 jenis
barang persediaan, yaitu:
- Bahan baku. Bahan baku adalah barang yang akan digunakan dalam proses produksi. Beberapa bahan baku kadangkala diambil dari hasil alam. Namun biasanya yang lebih sering, bahan baku didapat dengan membeli dari pemasok. Bagi pemasok, bahan baku tersebut adalah barang jadi. Sebagai contoh, benang adalah bahan baku bagi perusahaan tekstil, tapi merupakan barang jadi bagi perusahaan pemintal kapas. Istilah bahan baku mencakup semua bahan yang dipakai dalam proses produksi, termasuk bahan penunjang seperti bahan bakar untuk mesin produksi atau bahan tidak langsung seperti paku dan lem pada perusahaan pembuat mebel. Bahan penunjang produksi atau bahan tidak langsung termasuk di dalam persediaan yang dilaporkan di laporan posisi keuangan, bahan baku yang dipakai sebagai bahan utama yang berkaitan langsung dengan barang jadi, disebut barang langsung.
- Barang dalam penyelesaian. Barang dalam penyelesaian adalah barang yang masih dalam penyelesaian proses produksi, terdiri dari sebagian atau seluruh bahan baku yang masih membutuhkan proses produksi lanjutan yang menjadi barang jadi yang dapat dijual. Persediaan ini terdiri dari 3 elemen biaya yaitu: biaya bahan baku yang sudah terpakai, biaya tenaga kerja langsung selama proses produksi yang telah berjalan dan biaya overhead produksi yang telah digunakan selama proses produksi yang telah berjalan.
- Barang jadi. Barang jadi adalah barang yang siap untuk dijual. Ketika barang telah selesai diproduksi, akumulasi biaya selama proses produksi ditransfer dari akun barang dalam penyelesaiaan kea kun barang jadi.
Tag :
AKM,
Akuntansi Keuangan
1 Komentar untuk "Persediaan Industri"